Begitu katanya. Namun, kali ini kalimat tersebut dapat diartikan berbeda.
Setelah mengalami demam (+batuk, badan sakit dimana mana, lidah pahit) dan kondisi tubuh yang drop sejak 14 Februari 2021 (namun tetap memaksakan bekerja pada 15 & 16 Februari), saya pun akhirnya memutuskan memeriksakan diri ke dokter di RS Hermina Arcamanik pada 17 Feb 2021.
Singkat cerita, dokter jaga UGD waktu itu meminta saya untuk cek darah, thorax, dan swab antigen. Semua beres dalam waktu kurang lebih 1 jam.
Sambil menunggu hasil keluar saya diminta berbaring di kasur UGD
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya hasil swab test antigen saya pun keluar. Hmm “Positif”. Hasil Cek Darah (Lab) dan Thorax pun keluar.
Sehat memang mahal, buktinya sekali berobat ini biaya yang keluar tak kurang dari 1 juta rupiah (Untung masih dicover asuransi kantor walaupun harus pakai uang sendiri dulu/sistem reimburse)
Karena mendapatkan hasil positif pada Swab Antigen, saya pun disarankan untuk :
Swab PCR (Pilihannya bisa di RS Hermina dengan biaya +- 1.4 juta, atau di tempat lain. Saya memilih opsi kedua.)
Isolasi Mandiri selama kurang lebih 14 hari, dan setelahnya Tes PCR lagi untuk memastikan virusnya telah hilang atau belum.
Keesokan harinya, tanggal 18 Feb 2021 pun saya datang ke Lab Kimia Farma di Jl. Diponegoro Bandung untuk tes PCR (Biayanya lumayan, Rp. 800.000++). Hasilnya pun keluar keesokan harinya. Dan hasilnya terkonfirmasi “Positif” sehingga membutuhkan isolasi mandiri selama 14 hari terhitung per tanggal 18 Feb 2021.
Setelah isolasi mandiri 14 hari, saya pun kembali Tes PCR pada tanggal 3 Maret 2021 di tempat yang sama. Alhamdulillah hasilnya menunjukkan “Negatif”.
Isolasi mandiri 14 hari ternyata bukan hal yang mudah. Bayangkan berada di 1 kamar sendiri dan aktivitasnya hanya berkutat pada ‘Bangun’, ‘ Solat’, ‘Sarapan + minum obat & vitamin’, ‘Berjemur’, ‘Mandi’, ‘Istirahat’, ‘Makan siang + solat’, ‘Istirahat siang’ —– dan dilakukan berulang kali tiap harinya. Waktu 1 hari itu terasa berjalan lebih lama dari biasanya, karena badan telah terbiasa setiap harinya mengerjakan pekerjaan kantor, sehingga ketika harus benar-benar FULL bed rest cukup terasa aneh. Apapun itu, semua telah terjadi dan berlalu, banyak pelajaran yang bisa diambil agar seterusnya tetap menjaga protokol kesehatan dan menjalani hidup yang lebih sehat. Karena setelah dirinci, sehat itu (memang) mahal.
Rincian kasar biaya yang keluar :
Biaya berobat pertama kali (Incl. tes Antigen, cek darah, Thorax, obat-obatan, dokter) : +- Rp. 1.500.000
Tes PCR pertama : Rp. 800.000
Tes PCR kedua : Rp. 800.000
Jasa Semprot Disinfektan (Untuk sterilisasi rumah pasca dinyatakan “Negatif”, agar kembali nyaman ditempati oleh anak yang selama isoman diungsikan dulu ke rumah mertua) : Rp. 500.000
Total : +- Rp. 3.600.000
—-TERIMAKASIH 2021 UNTUK AWAL TAHUNNYA YANG “POSITIF!”—-
“Kerja di mana? Oh di detikcom. Jadi apa di Detik?”
“Kerjanya ngapain aja?” dst. dst.
Beberapa pertanyaan sejenisnya acapkali saya terima, baik di momen formal maupun informal. Dari yang mulai sekedar bertanya basa-basi, hingga yang memang ingin tahu lebih dalam tentang ‘apa yang sebenarnya saya kerjakan di Detik’, ‘Kerjanya jadi jurnalis ya?’, ‘Asik ga kerja di sana?’ dan banyak lagi yang kadang sulit dijawab satu persatu
Daripada penasaran, lebih baik mari kita ulas satu persatu agar mudah dipahami.
—
A. Apa sih Detikcom?
Detikcom, alias detik.com, adalah salah satu portal/media online terbesar di Indonesia dengan jumlah visitors yang mencapai puluhan juta setiap bulannya. Detik.com menyediakan konten-konten berita yang up-to-date dan bermanfaat tentunya bagi para pembaca. Konten yang dihasilkan sangat beragam, mulai dari konten tentang berita (detiknews), travelling (detiktravel), gosip artis (Detikhot), olahraga (detiksport), kesehatan (Detikhealth), keuangan dan ekonomi (detikfinance), otomotif (Detikoto), teknologi (Detikinet), kuliner (detikfood), dan juga lifestyle (Wolipop). Ragam jenis konten tersebut dihasilkan tentunya untuk mengakomodir interest dari pembaca yang tentunya juga berbeda-beda. Masing-masing sub-kanal pastinya memiliki signature program tertentu, diantaranya :
Detik.com sendiri merupakan bagian dari DetikNetwork, jaringan media online yang bernaung di bawah PT. Trans Digital Media (dulu PT. Agranet Multicitra Siberkom). DetikNetwork ini mencakup detik.com, Haibunda.com, CNBCIndonesia.com, CNNIndonesia.com, dan juga Insertlive.com (Belum lagi akan semakin bertambah dengan bergabungnya Female Daily dan Beautynesia).
Dengan puluhan juta pembaca tiap bulannya, menandakan tingginya traffic dari detik.com, serta menunjukkan bahwa konten-konten detikcom sangat informatif, shareable, dan mudah dinikmati oleh berbagai kalangan. Hal inilah yang menjadi daya tarik utama detik.com sebagai media online di mata para brand/merek yang ingin menginvestasikan dan mengalokasikan budget marketing mereka untuk beriklan di DetikNetwork.
B. Kerja Apa di Detik?
Saya masuk menjadi bagian dari keluarga besar CT Corp melalui program rekrutmen besar-besaran bernama “Transmedia Digital Development Program 2018”. Dari berbagai posisi yang tersedia, saya merasa posisi ‘Digital Media Planner’ cocok dengan latar belakang pendidikan saya di bidang Manajemen Pemasaran.
Setelah bersaing dengan puluhan ribu pendaftar lainnya, saya dinyatakan lulus dan memulai hari pertama kerja pada 16 April 2018.
As a ‘Digital Media Planner’, saya tergabung pada Divisi Digital Business, tepatnya di bagian ‘Marketing Services’.
Digital Media Planner (DMP), atau saat ini disebut ‘Campaign Associate’ (CA), ini dapat disebut sebagai ‘central of campaign’ alias pusat dari berbagai campaign yang akan dilakukan oleh sponsor/brand yang akan beriklan dan melakukan activation di DetikNetwork. DMP sendiri terbagi menjadi tiga sub-kerja yaitu Conceptor, Implementer, dan Package. Saya sendiri tergabung dalam tim DMP Conceptor.
CA Conceptor ini memiliki tanggung jawab utama dalam menyusun konsep yang sesuai dengan kebutuhan brand/sponsor agar mencapai goals/objectives yang diinginkan.
Di lapangan, kalau di dalam sebuah tim sepakbola, CA Conceptor bisa dianggap sebagai seorang playmaker yang wajib mengatur tempo dan alur serangan dari tim, sehingga harus siap untuk mengkomandoi bola dari jantung pertahanan lalu menyuplai bola agar para penyerang mampu mencetak gol.
Untuk lebih mudahnya, alur kerja seorang DMP adalah sebagai berikut :
CA Conceptor menerima #BRIEF dari tim Sales/Account Executive yang berisikan kebutuhan serta objectives yang ingin dicapai dari brand/calon sponsor
CA Conceptor lanjut ke sesi diskusi dengan tim Brand Activation (BA) untuk membahas #KONSEPactivity apa yang cocok untuk ditawarkan kepada brand. Semakin kompleks kebutuhan brand, maka tidak cukup hanya berdiskusi dengan tim BA saja, melainkan juga dengan tim Product Management (Proman), Redaksi, juga IT. Diskusi ini biasanya dapat dilakukan by email saja ataupun langsung tatap muka.
Setelah konsep dirumuskan, berikutnya adalah tahap #VALUASI. CA Conceptor akan berdiskusi atau melemparkan gambaran inventory apa saja yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan konsep tersebut ke tim CA Package, dan disesuaikan dengan budget dari brand, sehingga dihasilkan paket penawaran (offering package) dengan nilai tertentu (misalnya 100 juta, 500 juta, hingga milyaran, tentunya sesuai kebutuhan dan budget mereka). Paket penawaran tersebut dikirimkan oleh CA Package ke AE melalui email untuk selanjutnya diteruskan ke klien.
CA Conceptor lalu menuangkan konsep yang sudah ada tersebut ke dalam bentuk proposal yang disusun di Power Point. CA Conceptor membuat draft #PROPOSAL nya lalu meneruskan draft tersebut ke tim creative untuk dipercantik dari segi #VISUAL dan desain, agar Proposal menjadi lebih menarik dan membuat klien mudah memahami apa yang ingin ditawarkan.
Setelah proposal diselesaikan tim creative, CA Conceptor akan mengirimkan proposal tersebut ke AE, untuk selajutnya diteruskan ke klien.
Jika klien/brand masih merasa ada yang kurang biasanya mereka akan menyampaikan permintaan #REVISI kepada AE yang menghandle mereka. AE akan menyampaikan detil revisi tersebut kepada CA Conceptor dan Package, untuk selanjutnya ditindaklanjuti ke tim terkait dan dibuatkan revisi paket dan proposalnya.
Tak jarang, AE meminta 1 orang CA Conceptor yang menghandle brief mereka untuk dapat hadir pada meeting bersama klien untuk menjelaskan lebih detil mengenai konsep yang ditawarkan, serta meyakinkan klien bahwa konsep tersebut worth it untuk dijalankan.
Jika klien sudah sreg dan oke dengan penawaran, baik dari segi konsep dan harga, maka activity dan campaign sudah dinyatakan dapat dimulai. #DEAL ! (Deal ini harus dibuktikan dengan adanya sign/tanda tangan dari pihak klien/brand pada paket penawaran : ini disebut dengan Deal Package)
Setelah deal, CA Conceptor wajib melakukan ‘#HANDOVER’ (HO) alias alih tugas kepada tim CA Implementer. Tim CA Implementer (beserta tim-tim terkait) inilah yang nantinya akan mengimplementasikan activity dengan konsep yang telah ditawarkan, juga menjaga agar benefit klien sesuai dengan yang tertera pada proposal dan paket penawaran. HO ini dilakukan via email.
Di step terakhir, CA Conceptor harus menyusun email koordinasi, grup WA koordinasi, dan mengadakan #MEETINGINTERNAL bersama tim-tim terkait untuk membahas terkait teknis pelaksanaan konsep dan activity.
Setelahnya, tanggung jawab campaign sudah beralih ke CA Implementer, dan conceptor hanya tinggal memantaunya saja melalui grup WA.
Beberapa campaign yang sudah pernah saya handle hingga deal diantaranya :