Pic source: http://cummingscreativegroup.net/assets/images/blog/mainshot_logo_vi.jpg
Dalam suatu perbincangan, anggap saja antara Diego dan Alvaro, muncul suatu pertanyaan yang dilemparkan Alvaro pada Diego, mengenai perbedaan branding dan juga marketing.
Sebagai seorang konsultan di bidang pemasaran, Diego berpikir sejenak untuk dapat menjelaskan secara mudah dan jelas.
“Ah begini, Alv.”
“Kita mulai saja dari perumpaan kasusnya. Anggaplah ada Mr. X, seorang pengusaha sepatu yang memutuskan datang ke Mr. Z, seorang konsultan, untuk meminta advice tentang bagaimana ia harus mulai memasarkan sepatunya.” buka Diego pada Alvaro
——
“Siapa target market dari sepatumu ini?” buka Mr. Z
“Pasar premium, dominan pria, menengah ke atas tentunya, yang memiliki penghasilan di atas 5 juta.” jawab X lugas
“Oke, lalu apa keunggulan sepatumu dibandingkan dengan kompetitor?” lanjut Mr.Z
“Sepatuku ini dibuat secara handmade, tidak menggunakan mesin, kualitas kulitnya serta bahan pendukunya pun nomor satu, diimpor langsung dari Amerika. Di Indonesia, yang seperti ini masih cukup jarang.”
“Sounds good, mau dijual di range harga berapa sepatumu?”
“Kupikir masih cukup masuk akal untuk dijual di harga 800 ribu sampai 2 juta. How?” ujar Mr. X cukup yakin
“Oke lah. Menurutku dengan budget awalmu, menjual secara online dulu bisa jadi solusi. Kusimpulkan bahwa secara 4P, ‘Product‘ mu adalah sepatu premium, yang memiliki ‘Price‘ di rentang 800 ribu – 2 juta. Kusarankan untuk ‘Promotion‘, kau fokus dulu membangun kredibilitas secara online (‘Place‘), jika memungkinkan, endorse beberapa public figure yang memiliki imej high class untuk meningkatkan kepercayaan publik. Lalu jika penjualan sudah baik dan modal sudah terkumpul kembali, putar kembali uangmu itu dengan menjadi sponsor di beberapa event yang sesuai dengan target market mu untuk menghadirkan produkmu itu secara offline dan lebih dekat dengan para potential customers.”
“Nice idea. Lalu apalagi?” ucap X penasaran
“Secara visual, untuk mencitrakan sepatu premium, kau harus konsisten mengunggah foto atau video produkmu yang High Quality. Jangan pernah sekali-kali menampilkan foto yang buram, blur, terkesan asal-asalan karena akan merusak branding yang ingin dibangun. Oiya, ingat branding juga tak melulu tentang produk, kalau kau fast response dalam menjawab pertanyaan dan order yang masuk ke HP ataupun e-mailmu, itupun dapat menjadi nilai plus di mata konsumen. Imej produk berkualitas + pelayanan yang maksimal pun bisa terbangun, tapi tentu harus konsisten.” Jelas Mr. Z
——
“Hmm aku mengerti sekarang.” celetuk Alvaro
“Dari cerita tadi sekarang kau bisa simpulkan seperti apa itu Marketing dan Branding kan, Alv?”
“Menurutku, branding adalah aktivitas dalam membangun suatu imej yang ingin disematkan sebagai karakter pada suatu produk. Tentunya sebelum melakukan proses branding kita pun harus terlebih dahulu mengenali produk yang ingin dijual, siapa vendor yang dapat dipercaya untuk menjadi produsen, apa saja keunggulannya, siapa target market utama, harga jual yang akan dipatok, dan di mana kita harus fokus memasarkan produk tersebut. Dari situ kita dapat menyusun marketing strategy baik secara online maupun offline, juga branding yang ingin dibangun dan disisipkan dalam strategi yang sudah dibuat. Jadi sebenarnya branding dan marketing itu saling mengisi, demi mencapai target sales yang diinginkan ya?”
“Ya kurang lebih seperti itu Alv. Simpelnya, marketing itu bagaimana kita menjangkau dan dapat terlihat oleh konsumen, sementara branding adalah bagaimana kita ingin dipersepsikan dan dapat dipercaya oleh mereka sehingga semakin tumbuhlah keinginan mereka untuk membeli produk kita.
Pic source: http://www.firebrand.co.uk/img/insights/branding-v-marketing.svg
—
Ditulis di malam Selasa bertepatan dengan Isra Miraj, di penghujung April sambil merasakan demam di kepala. Entahlah, tiba-tiba ingin menulis hal ini.